budayakan Ilmu, Amal dan Dakwah ( silakan muat turun )

Followers

Tuesday, October 12, 2010

salam.. alhikam 2.( ibnu 'athoillah assakandari)


AL HIKAM – 2

Apabila Tuhan membukakan bagimu suatu jalan untuk ma’rifat (mengenal pada-Nya), maka jangan menghiraukan soal amalmu yang masih sedikit, sebab Tuhan tidak membukakan bagimu, melainkan Ia akan memperkenalkan diri kepadamu. Tidakkah kau ketahui bahwa ma’rifat itu semata-mata pemberian karunia Allah kepadamu, sedang amal perbuatanmu adalah hadiah daripadamu, maka dimanakah letak perbandingannya, antara hadiahmu dengan pemberian karunia Allah kepadamu.

Ma’rifat (mengenal) kepada Allah, itulah puncak keuntungan bagi seorang hamba, maka apabila Tuhan telah membukakan bagimu suatu jalan untuk mengenal kepada-Nya, maka tidak usah kau hiraukan berapa banyak amal perbuatanmu, meskipun masih sangat sedikit amal kebaikanmu. Sebab ma’rifat itu suatu karunia pemberian langsung dari Allah, maka ia sekali-kali tidak tergantung kepada banyak atau sedikitnya amal kebaikan.

Bersabda Rasulullah Saw : Allah bersabda: : Apabila Aku menguji hamba-Ku yang beriman, kemudian ia tidak mengeluh kepada pengunjung-pengunjungnya, maka Aku lepaskan ia dari ikatan-Ku dan Aku gantikan baginya daging dan darah yang lebih baik dari semula, dan ia boleh memperbaharui amal, sebab yang lalu telah diampuni semuanya.

Diriwatkan : Allah telah menurunkan wahyu kepada salah seorang Nabi Saw : Aku telah menurunkan bala (ujian) kepada seorang hamba, maka ia berdoa, dan tetap Aku tunda permintaannya, akhirnya ia mengeluh, maka Aku berkata kepadanya : Hamba-Ku, bagaimana Aku akan melepaskan daripadamu rahmat yang justru bala’ itu mengandung rakhmat-Ku.
Karena dengan segala kelakuan kebaikanmu, engkau tidak dapat sampai ke tingkat yang akan Aku berikan kepadamu, maka dengan bala’ itulah engkau dapat mencapai tingkat dan kedudukan disisi Allah.

Alam itu kesemuanya berupa kegelapan, sedang yang meneranginya, hanya karena tampaknya Haq (Allah) padanya, maka siapa yang melihat alam kemudian tidak melihat Allah didalamnya, atau padanya, atau sebelumnya, atau sesudahnya, maka benar-benar ia telah disilaukan oleh nur cahaya, dan tertutup baginya surya (nur) ma’rifat oleh tebalnya awan benda-benda alam ini.
Alam semesta yang mulanya tidak ada memang gelap, sedangkan yang mendhahirkannya sehingga berupa kenyataan, hanyalah kekuasaan Allah padanya, oleh karena itu siapa yang melihat sesuatu benda alam ini, kemudian tidak terlihat olehnya kebesaran kekuasaan Allah yang ada pada benda itu, sebelum atau sesudahnya, berarti ia telah disilaukan oleh cahaya. Bagaikan ia melihat cahaya yang kuat, lalu ia mengira tidak ada bola yang menimbulkan cahaya itu. Maka semua seisi alam ini bagaikan sinar, sedang yang hakiki (sebenarnya) terlihat itu semata-mata kekuasaan zat Allah Swt.

No comments:

Post a Comment